Halo, halo! Catatan si Thamrin kembali dengan topik hangat di antara anak SMA belakangan ini, yaitu SNMPTN! Tim kami sudah mewawancarai 3 dari sekian anggota MHT 10 (Dekarasha Metaraskaya) yang telah lolos, Kak Fau, Kak Faaris, dan Kak Dafina. Apa aja, ya, yang kami tanyakan? Yuk, langsung baca!
Kakak ngambis SNMPTN dari kelas 10, gak sih?
Kak Fau menjawab tidak.
“Karena pas kelas 10 tuh nilai ancur banget, jadinya pasrah. Yang di pikiran cuma nyiapin UTBK aja,”
Kak Faaris mengatakan hal yang kurang lebih sama. Ia mengaku hanya belajar saja.
Kak Dafina menjawab dengan sedikit berbeda,
“Short answer, not really. But it doesn’t mean that I don’t try.”
Denger-denger, supaya lolos SNMPTN itu, nilai gak boleh turun. Menurut Kakak gimana?
Kak Fau membantah pernyataan ini. Menurutnya, nilai yang stabil lebih penting. Dia juga bercerita,
“Peringkat gue dari semester 1 sampai semester 5 kayak roller coaster, naik turunnya parah.”
Lalu, ada Kak Faaris yang mengatakan ia tidak mengetahui jawaban pastinya.
“Kalo gue, alhamdulillah naik, meskipun peringkatnya turun.”
Menurut Kak Dafina, yang dimaksud ‘turun’ adalah turun secara drastis.
“Menurut aku pribadi, harus stabil di atas rata-rata atau naik dengan stabil gitu. Karena yang dilihat rata-rata 5 semester, kan. Misal lu ada di top 20 angkatan pas kelas 11, kalau kelas 10-nya last 10, tetep susah banget buat SNM”
Kakak ngelampirin sertifikat apa aja pas daftar?
“Aku ngasih sertif organisasi, OSIS, sama rohis,”
kata Kak Fau.
Kak Faaris menjawab bahwa dia melampirkan sertifikat OSN, lomba universitas, dan OSIS.
Kak Dafina mengatakan bahwa ia tidak yakin sertifikat yang mana yang ia pilih pada akhirnya.
“Antara NLC, OSP, OSIS, sama volunteer, kalo gak salah.”
Mengenai sertifikat, Kak Faaris juga berpesan,
“Sertifikat masuk faktor, sih. Tergantung universitasnya ngasih bobot prestasi berapa gede. Jadi ya, why not? Kalo ada kesempatan buat ikut lomba, gas aja.”
Gimana cara Kakak memutuskan memilih jurusan?
Kak Fau mengaku nekat dalam memilih jurusan karena ranking-nya yang menurutnya tidak terlalu bagus dan belum ada alumni MHT di fakultas tersebut. Akan tetapi, ia memutuskan untuk mendaftar karena sangat ingin memasukinya.
“Kalo misalkan temen-temen yang ranking-nya di atas masukin fakultas itu, mending mundur aja ganti universitas atau jurusan lain. Tapi, aku tim nekat karena pengen banget masuk fakultas itu.”
Kak Faaris tidak terlalu berbeda, ia memilih jurusan yang idealis.
“Kalau lu realistis di pilihan pertama, jalan-jalan lain buat pilihan idealis lu ketutup.”
Namun, Kak Faaris juga menambahkan,
“Tapi ada saatnya juga lu realistis, sih. Kalo emang yang lu korbanin udah banyak banget tapi chance-nya masih sedikit, ya realis aja. Hitung-hitung chance sama price, lah.”
Untuk Kak Dafina, dia mencari balance di antara idealisme dan realisme. Ia bercerita bahwa ia telah memikirkan jurusan yang ia ambil sejak kelas 10.
“Pas kelas 10, aku nge-eksplor semua yang aku interested in. Pas kelas 11, baru aku mulai serius mikirin mau ke mana. Jangan lupa omongin sama orang tua juga, biar pas kelas 12 udah di-fokus-in mau ke mana.”
Kakak punya plan B gak sih, kalau gak keterima di SNMPTN?
Ketiga narasumber kami menjawab bahwa mereka sudah memikirkan plan B. Bahkan, Kak Faaris berpesan agar tidak menjadikan SNMPTN sebagai plan A.
“Plan A tetep SBM, SNM bonus.”
Kak Dafina juga mengaku tidak menyangka akan diterima di SNMPTN.
“Plan gue ada berjuta-juta lainnya.”
Kalau cara belajar Kakak sendiri itu gimana, sih?
“Yang paling penting ngerjain tugas, karena guru bakal memperhitungkan nilai kita gimana kalo kita rajin. Kalo cuma sekedar rajin UH tapi males ngerjain tugas, guru tuh kurang respect sama kita. Tapi kalo bisa tugas dan UH bagus, why not?”
jawab Kak Fau.
Kak Faaris sendiri memiliki pendekatan yang berbeda dalam hal ini. Ia memperbolehkan dirinya untuk aktif apa saja, dengan syarat “ulangan jangan remed”. Karena menurutnya, biasanya nilai yang tidak remedial sudah berada di atas rata-rata.
“Kalo remed juga, nanti kegiatan lu keganggu, kan.”
Ada pesan untuk orang-orang yang lagi ngambis SNMPTN?
Menurut kak Fau, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini karena Tuhan selalu disisi kita. Menurut kak Faaris, ambil semua kesempatan yang ada, baik itu perlombaan, kegiatan yang bersertifikat maupun tidak. Menurut kak Dafina, jangan jadikan SNM sebagai satu-satunya cara untuk memasuki jenjang universitas.
Begitulah hasil wawancara tim Catatan si Thamrin dengan mereka. Keren banget, ya? Untuk kalian yang sedang ngambis SNMPTN, apakah kalian merasa terinspirasi? Sampai jumpa di artikel selanjutnya!
If some one desires to be updated with newest technologies after
that he must be go to see this website and
be up to date all the time.